Thursday, December 25, 2008

Mental-Mental Peminta


Merasakan keadaan – keadaan lingkungan sosial kita yang kerapkali terjadi degradasi keyakinan akan kebesaran dan kekayaan yang sungguh luas dan besar yang dimiliki oleh Allah SWT. Kita tidak yakin bahwa Allah begitu Maha Kuasanya untuk memberikan apa yang dimiliki-Nya kepada hamba-Nya.
Kita mungkin seringkali tidak sadar, keseharian kita begitu dekat dengan yang namanya mental – mental meminta – minta. Hal – hal kecil yang mungkin kita anggap remeh, adalah bibit – bibit dari timbulnya mental orang – orang yang suka meminta, terlena dengan keadaannya yang suka menerima, memperlihatkan telapak tangannya kepada orang lain untuk mendapatkan sesuatu. Sesuatu itu yang biasanya yang kecil – kecil. Manusia yang darah – darah yang mengalir di tubuhnya, daging – daging yang mengendap di tubuhnya, pakaian – pakaian yang menempel di tubuhnya, dan berbagai benda yang menempel di dalam jiwanya didapat dari hasil menengadahkan tangan ke orang lain.
Entah ini disebabkan karena memang budaya kita yang manusia-manusianya suka memberi atau hanya karena budaya manusia kita yang suka kasihan atau mungkin karena manusianya gengsi untuk tidak memberi ketika dimintai sesuatu ... ? entahlah, yang jelas fenomena itu terjadi di sekeliling kita karena objek dari diri-diri kita yang terlalu nikmat untuk menerima sesuatu.
Bukan tidak benar bila kita menerima sesuatu pemberian dari orang lain, tapi rasanya ketika kita menerima pemberian dari orang lain itu mengartikan bahwa diri kita itu lebih rendah dari sang pemberi. Lebih rendah dalam arti dalam hal kemampuan, atau mungkin bisa jadi lebih rendah dalam hal harkat dan martabat. Saya tidak mengartikan lebih kotor atau lebih hina, namun saya kira lebih tepat adalah status posisi antara sang pemberi dan sang penerima. Hal itu tidak dapat disangkal. Memberi adalah mulia, sedangkan menerima tentu memiliki derajat kehormatan yang lebih rendah daripada yang memberi. Bukankah Tuhan dengan keagungan-Nya dan kemulian-Nya kita puji-puji karena pemberian-Nya yang Maha Dahsyat .. ? tentu kita tidak bisa menyandingkan diri kita dengan Sang Khalik, apalagi dalam hal memberi, karena seluruh yang kita miliki ini berasal dari Dia pula. Tapi dalam konteks ini adalah indah dan agungnya kemuliaan yang didapat dari memberi itu sendiri, yang didapat bukan dari meminta. (bersambung)