Saturday, September 30, 2006

aku, dia dan ramadhan

di bulan ramadhan, tentu masih banyak orang yang kesusahan, banyak orang yang menderita, hari raya yang begitu meriah pun tak mungkin terbayangkan,
orang-orang sakit di rumah sakit, uang buat makan esok hari anak-anaknya, istrinya, tanpa mempedulikan kapan dirinya sendiri bisa nyaman menikmati hidup ini.
seorang ayah yang pontang-panting mengurusi anaknya yang baru berusia lima hari yang menderita usus terbuka keluar dan harus operasi(detik.com). bagaimana kau bisa tersenyum di bulan ramadhan ini, aku membayangkan dengan sangat jelas, pasti kau tiap hari menangis, menangis, dan berdoa, dan berusaha segala apa yang bisa kau lakukan untuk anakmu yang baru saja dititipkan Tuhan kepadamu. kau tidak ingin dia meninggal di hari-hari awal kehidupannya, kau ingin dia bisa menikmati hidup di dunia ini beberapa tahun, ketika kau menatap wajah anakmu, apa yang kau pikirkan, apa yang kau risaukan, anakmu yang terbaring tak berdaya, menunggu sebuah keajaiban yang bisa menyelesaikan semua kerisauan hatimu. istrimu tentu tampak sedih sekali, namun bangga dengan dirimu yang tidak jua menyerah menghadapi ujian ini. denganmu lah istrimu bisa merasakan ketenangan, dengan kamu disamping istrimu, istrimu merasa beban hidupnya lebih ringan.
bulan ramadhan disebut juga dengan bulan kesabaran, kau bukan orang yang kaya, utang sana utang sini untuk semua biaya perawatan anakmu, sepuluh juta dari saudara-saudaramu, tiket pesawat dari temanmu, itupun harus mengutang.
ini hanya salah satu dari sekian banyak saudara-saudara kita yang sedih, menangis, lelah, menderita dengan berbagai macam penderitaan yang mereka rasa. bulan ini, kita diwajibkan berlapar-lapar, berbuat kebajikan, perbanyak ibadah, untuk apa ?
tentu salah satunya agar kita bisa merasakan apa yang mereka rasa, para orang lemah dan derita. apakah faktanya kita sudah bisa merasakan ? tanya saja pada diri kita, sepertinya jauh sekali, lapar itu hanya sebentar, derita lapar itu cuman setengah hari, tak sampai cucuran air mata kita mengalir di masa akhir menjelang berbuka, bahkan sebaliknya, kita tidak merasakan sedih melainkan hanya sedikit lapar dan dahaga.
sungguh diri ini belum tahu bagaimana memahami penderitaan saudara-saudaraku, merasakan apa yang derita mereka rasakan, menampung segala sedih mereka, membantu mereka, bahkan untuk menyentuh penderitaan mereka itupun aku sulit.
di ramadhan, tidak semua dari kita bahagia, sama seperti bulan2 yang lain, masih banyak penderitaan-penderitaan di sekeliling kita yang tidak kita rasakan dan kita tidak dapat membantu, sebaliknya kita, di bulan ramadhan, biasanya kita senang di bulan ramadhan, makan bersama dengan teman-teman kita, dg keluarga kita, dengan ayah ibu adik kakak di satu meja makan sambil mengobrolkan hal yang menyenangkan.
di balik itu, di luar rumah kita, di luar kost-kostan kita, di luar ruang makan kita, terdapat banyak sekali rasa lapar yang masih berlanjut setelah adzan maghrib, berbuka hanya dengan seteguk air putih, lalu melanjutkan rasa lapar itu, sungguh apa yang bisa aku lakukan sekarang, selain bercita-cita suatu saat nanti aku bisa membantu kalian semua, melayani kalian semua.
Allah telah memberikan bulan ramadhan kepada manusia yang beriman untuk bisa meningkatkan takwa dan bisa memperbaiki keadaan dunia. kita harus tahu dan paham untuk siapa kita hidup di dunia ini. bangkitlah dari tidur yang lama ini, cari sebuah jati diri dalam keislaman. bila diri ini masih malas, motivasilah diri ini sendiri, ayo ayo ayo dan ayo, tafakur dan tadabbur, berpikirlah berpikirlah dan bertindaklah wahai diri ini yang masih lemah.